Jakarta, CNBC Indonesia – Tantangan perekonomian global pada 2024 tidak semakin mudah, termasuk bagi Indonesia. Berbagai lembaga internasional memperkirakan ekonomi global akan melemah pada tahun depan dibanding 2023, meski ketahanan ekonomi Indonesia diperkirakan masih bisa terjaga.
Tiga lembaga internasional, seperti Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia (WB) dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) pun telah menerbitkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan Indonesia pada 2024.
Untuk proyeksi perekonomian global, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonominya hanya akan mencapai 2,4% turun dari proyeksi pertumbuhan pada 2023 sebesar 3%. OECD hanya 2,7% dari perkiraan pertumbuhan tahun lalu 2,9%, dan WB 2,4% dari 2,1% pada 2023, namun proyeksi 2024 itu hasil revisi dari perkiraan untuk 2024 pada Juni 2023 sebesar 2,7%.
Sejumlah faktor risiko yang menurunkan laju pertumbuhan ekonomi dunia itu mereka dasari dari kondisi melemahnya mesin ekonomi China sebagai penggerak ekonomi Asia, melandainya harga komoditas yang mempengaruhi kinerja ekspor sejumlah negara, krisis pangan hingga masih memanasnya suhu politik dunia tahun ini.
Permasalahan itu pun telah juga dilihat oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Ia bahkan tak segan menyatakan bahwa tekanan ekonomi global masih akan sangat besar pada 2024 dipengaruhi oleh terus memanasnya tensi geopolitik di berbagai belahan dunia.
“Perekonomian 2024 dalam situasi siklus politik dan geopolitik tidak akan menurun juga. Jadi ini sekarang seluruh dunia geopolitiknya meningkat, banyak sekali negara lebih dari 74 negara di dunia akan pemilu, dan juga dalam suasana ekonomi yang masih sangat lemah secara global,” kata Sri Mulyani saat konferensi pers APBN 2023 di kantornya, seperti dikutip Rabu (3/1/2023).
Di tengah masih melemahnya ekonomi global itu, tiga lembaga internasional itu memperkirakan perekonomian Indonesia masih akan stabil pertumbuhannya, meski tak bisa mengalami kenaikan pertumbuhan di atas 5% seperti selama ini.
IMF misalnya, hanya memperkirakan pertumbuhan ekonomi domestik tumbuh di kisaran 5%, sama seperti perkiraan untuk pertumbuhan pada 2023. WB malah menurunkan sedikit proyeksi pertumbuhannya untuk Indonesia dari 2023 sebesar 5% menjadi 4,9%, dan OECD kebalikannya menaikkan dari 4,9% menjadi 5,2%.
Satu motor pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lesu pada tahun ini adalah ekspor. Bila ekspor 2022 dan 2023 melonjak karena harga komoditas maka durian runtuh tersebut dianggap sudah tidak ada lagi tahun ini sejalan dengan normalisasi pasokan.
Sementara itu, faktor yang mendorong terjaganya pertumbuhan ekonomi RI dari IMF diambil berdasarkan asumsi kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia.
IMF menilai pertumbuhan ekonomi RI didasarkan pada kebijakan pemerintah yang mempertahankan kebijakan fiskal yang netral, disertai dengan kebijakan pajak dan reformasi administrasi yang moderat, realisasi belanja negara, dan peningkatan belanja modal secara bertahap dalam jangka menengah.
Kebijakan ini sejalan dengan ruang fiskal pemerintah. Di sisi lain, IMF mengatakan kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) telah sejalan dengan inflasi yang berada di kisaran target bank sentral dalam jangka menengah.
Sementara itu, Bank Dunia mendasari prospeknya dari kemampuan pemerintah menjaga ekspektasi inflasi sehingga tren kenaikan suku bunga acuan bank sentral bisa ditahan saat ini. Padahal, di negara-negara maju seperti AS tren kenaikan suku bunga acuan masih akan tinggi karena tekanan inflasi yang berkepanjangan.
Bank Dunia juga menganggap konsumsi swasta akan menjadi pendorong utama pertumbuhan pada 2024. Investasi bisnis maupun belanja publik juga diperkirakan akan meningkat sebagai dampak dari reformasi dan proyek-proyek baru pemerintah.
Sedangkan OECD menilai prospek pertumbuhan tetap baik dan stabil karena kondisi pasar tenaga kerja yang lebih baik, inflasi yang lebih rendah dan perbaikan sentimen investor akan mendukung konsumsi dan investasi, sehingga mengimbangi gambaran perdagangan global yang suram. Kedatangan wisatawan dan pengeluaran rata-rata masyarakat mereka perkirakan juga akan terus pulih
Artikel Selanjutnya
Gara-gara Ini, IMF & Bank Dunia Puji Indonesia
(mij/mij)