Pemerintahan Prabowo Berencana Alihkan Subsidi BBM ke BLT, Ini Catatan dari Komisi VII DPR

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto menyoroti sistem pendistribusian yang harus lebih baik soal rencana pemerintah mengalihkan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Rencananya pengalihan tersebut, akan diterapkan oleh pemerintahan periode mendatang.

Menurut Mulyanto, pemerintah harus memperbaiki dan memperbarui data penerima bantuan agar lebih akurat dan transparan. Hal ini penting dilakukan karena selama ini banyak laporan yang menyatakan BLT tidak tepat sasaran.

“Penerimanya itu-itu saja, bahkan orang yang relatif berada, sementara masyarakat yang lebih pantas malah tidak mendapatkan BLT,” ujar Mulyanto di Jakarta, Minggu (29/9/2024).

Baca juga: Pembatasan BBM Subsidi Jadi Oktober 2024? Ini Bocoran Terbaru dari Kementerian ESDM

Kedua, imbuh Mulyanto, sistem pendistribusiannya harus baik, yaitu langsung diberikan ke masyarakat tanpa perantara pihak manapun seperti yang selama ini terjadi. Cara ini diyakini Mulyanto akan memperkecil risiko potongan oleh pihak yang coba cari keuntungan dari pembagian BLT ini.

“Hal ini bisa juga meminimalisasi penyalagunaan BLT menjadi alat kampanye politik pihak tertentu. BLT ini hak masyarakat, bukan hadiah penguasa. Jadi jangan dilabeli dengan materi-materi kampanye atau pencitraan siapapun,” terang Mulyanto.

Selain itu, pemerintah harus memperbaiki sistem pengawasan untuk meminimalisasi penyimpangan penyaluran BLT. Pemerintah harus menyiapkan aparat penegak hukum dan aturan yang tegas untuk menindak pihak-pihak yang coba berbuat curang. Jangan seperti sekarang dimana sistem pengawasan lemah sehingga BLT bocor dikorupsi banyak pihak.

“Hal lain yang perlu dilakukan juga Pemerintah harus melakukan efisiensi anggaran. Pengurangan atau pengalihan subsidi BBM sebaiknya harus diikuti dengan efisiensi anggaran. Jangan sampai subsidi untuk rakyat dikurangi tapi subsidi untuk pengusaha dan kelompok bisnis tertentu tetap jalan,” kata Mulyanto.

Dia mencontohkan, soal pemberian dana Proyek Strategis Nasional (PSN) ke proyek komersial swasta seperti PIK 2 dan BSD.

“Kebijakan ini tentu tidak adil,” ujar Mulyanto.

Selain itu, lanjut Mulyanto, Pemerintah harus berani mengevaluasi proyek ambisius yang menelan anggaran sangat banyak seperti IKN. Pemerintahan Prabowo harus berani ambil sikap atas proyek tak terencana ini.

Bila dianggap memberatkan APBN sebaiknya dihentikan. Apalagi Presiden Joko Widodo secara tidak langsung menyatakan sudah nyerah karena baru menyadari bahwa memindahkan ibu kota negara dan ASN tidak mudah.

“Syarat ini perlu dilakukan agar bantuan tepat sasaran dan masyarakat miskin tidak makin berat beban hidupnya,” tandas Mulyanto.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan bahwa baik pemerintahan saat ini maupun pemerintahan mendatang akan terus memiliki target yang sama, yaitu memastikan penyaluran subsidi energi yang tepat sasaran.

Presiden terpilih Republik Indonesia periode 2024-2029, Prabowo Subianto, berencana untuk melakukan perubahan dalam mekanisme penyaluran subsidi energi, di mana nantinya subsidi akan dialihkan menjadi bantuan langsung tunai (BLT).

Dewan Penasihat Presiden terpilih Prabowo Subianto, Burhanuddin Abdullah, menjelaskan bahwa di era Prabowo, subsidi akan diberikan langsung kepada masyarakat dalam bentuk bantuan tunai, sehingga tidak lagi berfokus pada subsidi komoditas.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *